Nama :Abusani
Nim :
Jurusan : Ilmu
Administrasi Negara
1. Teori ilmiah dan ideologi
Gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara
laki-laki dan perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan
dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Misal:
- Perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga, sedang laki-laki dianggap tidak pantas
- Tugas utama laki-laki mengelola kebun, tugas perempuan ‘hanya membantu’
- Kegiatan PKK dan program kesehatan keluarga, lebih pantas oleh perempuan.
Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain karena norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat yang berbeda. Misalnya:
- Menjadi tukang batu dianggap tidak pantas dilakukan oleh perempuan, tetapi di Bali perempuan biasa menjadi tukang batu, tukang cat
- Di kebanyakan masyarakat petani, bekerja kebun adalah tugas laki-laki; sedangkan di sejumlah masyarakat Papua, kerja kebun merupakan tugas utama perempuan, karena berburu adalah tugas utama laki-laki.
2. Fisik atau jenis kelamin
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi
biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Perbedaan ini terjadi karena
mereka memiliki alat-alat untuk meneruskan keturunan yang berbeda, yang disebut
alat reproduksi. Alat reproduksi laki-laki dan perempuan hanya dapat berfungsi
kalau dipadukan. Artinya alat reproduksi perempuan tidak bisa bekerja sendiri.
Alat reproduksi laki-laki juga tidak bisa bekerja sendiri.
- Alat reproduksi perempuan, yaitu: vagina, kandung telur, rahim, beserta fungsi hormon yang antara lain membantu mengeluarkan air susu ibu (ASI)
- Alat reproduksi laki-laki yaitu penis, zakar, sperma, dan fungsi-fungsi hormon laki-laki yang melengkapi.
3. Psikologi
Otak pria dan
wanita sangat berbeda baik secara anatomi, kimiawi,
hormonal, dan psikologis. Perbedaan-perbedaan itu menyebabkan perbedaan cara
berpikir, merasa, dan berperilaku secara fundamental.
4. Komunikasi
Sementara percakapan para pria
biasanya cenderung berfokus pada fakta-fakta, percakapan wanita cenderung
menekankan pada perasaan di balik fakta-fakta. Para pria mengatasi masalah
paling baik dengan memikirkan satu masalah pada satu waktu, biasanya dengan
berpikir sendiri. Namun wanita secara umum perlu membicarakan masalah mereka
dengan orang lain untuk memproses pikiran mereka. Pria
mendekati suatu situasi dengan keinginan kuat untuk membuat keputusan dan
mengambil tindakan, sementara wanita kadang hanya ingin membicarakan bagaimana
perasaan mereka tentang situasi yang sama.
Pria cenderung berbicara
secara langsung dan menggunakan kata-kata literal atau harafiah, dan wanita
cenderung berbicara secara tidak langsung. Jadi para istri, berikan suami anda
waktu dan ruang yang dia butuhkan untuk memikirkan beberapa isu sendiri, lalu
bekerjasamalah dengannya untuk menemukan solusi yang bisa dilakukan oleh anda
berdua, dan berbicaralah dengannya secara langsung dengan cara yang bisa dia
mengerti secara jelas. Para suami, dengarkanlah istri anda ketika mereka
membagi pemikiran dan perasaan mereka tentang hal-hal yang anda hadapi, dan
tanyakanlah beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi makna dari apa yang
mereka katakan.
5. Ekonomi
Pengaruh karakter individu
kaum perempuan tersebut, juga dilihat oleh Peggy Reeve ada kaitannya pada gejala
sosial masyarakatnya. Bahwasanya peranan sosial antar perbedaan gender
menunjukan adanya pengaruh struktur budaya Matriarkhi, biar pun mayoritas
penduduknya beragama Islam.
Masalahnya, warga dunia masih
hidup dalam masyarakat kapitalisme, yang menghalalkan pada peranan sosial, yang
bersandar pada perbedaan antar kelas penguasa dan kelas yang dikuasainya.
Persoalan gender yang bermakna pada sifat atau ciri peran tertentu,
dikonstruksi secara sosial, budaya, agama, politis, ekonomis dalam waktu dan
konteks tertentu untuk kepentingan tertentu.
Jadi, struktur pandangan umum
tersebut buat kita semua bukan merupakan rahasia umum lagi. Bahwasanya pengaruh
karakter individu yang mengacu pada prinsip neo-liberal tersebut, tidak lah
lepas dari sistim sosial masyarakat kapitalisme, yang bersandar pada struktur
sosial-budaya masyarakat Patriarkhi, nyatanya dalam kehidupan kesehariannya
kaum perempuan selalu berhadapan pada persoalan kasus-kasus yang diskriminatip
dan ketidak-adilan.
Dengan begitu, sang perempuan
atau sang lelaki yang memiliki fungsi strategis sejajar di dunia finansial,
yang hidup dalam struktur pengertian sosial masyarakat Matriarkhi, akan pula
dihadapi kasus persoalan yang sama, yaitu peranan dominan atas kepentingan
kekuasaan golongan tertentu demi kelanggengan sistim ekonomi kapitalisme.
6. Pendidikan
Deklarasi
dunia hak-hak asasi manusia menyatakan bahwa pendidikan adalah hak setiap
orang. Setiaporang harus mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan, tanpa membedakankeadaan status sosial ekonomi dan jenis kelamin.
Namun dalam kenyataannya di bidang pendidikan,kesenjangan gender masih
merupakan gejala yang perlu mendapat perhatian serius.
Perempuan cenderung memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih kecil
dibandingkan dengan laki- laki. Kemudian, semakin tinggi
jenjang pendidikan semakin lebar kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pendidikan. Sementara keseimbangan gender
ini sudah mulai mendekati kestabilan di negara-negara
maju. Perbedaan gender ini masih menjadi suatu masalah khusus di negara-
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Walaupun
negara kita telah mengikuti konferensi internasional seperti Kopenhagen yang
menyoroti tentang pembangunan sosial, Kairo tentang kependudukan, Beijing dan
New York tentang perempuan,delegasi Indonesia menyatakan bahwa pengaruh utama
gender adalah proses yang dapat meraih kesetaraan dan keadilan gender. Namun
pada kenyataannya, penerapan kesetaraan gender tidak mudah diterapkan di
Indonesia karena berbagai hal. Salah satunya adalah faktor
sosial budaya.
7. Stereatip
Secara
historis streotip perempuan dapat dilihat dari tiga aspek: biologis,
psikologis, dan mitologis. Secara biologis (fisik), perempuan lebih lemah
daripada laki-laki, secara psikologis perempuan merupakan sosok yang lebih
dikendalikan oleh emosi dalam bertindak, suka dilindungi, tidak menyukai
tantangan, dan serba lembut, sedang secara mitologis yang bersumber dari ajaran
agama dan mite-mite tertentu, hampir selalu menempatkan perempuan merupakan
subordinasi laki-laki. Secara kultural, budaya Jawa berpandangan bahwa tugas
seorang perempuan adalah macak ‘berhias’, masak ‘memasak’,
dan manak ‘melahirkan’dengan wilayah operasi dapur, sumur, dan
kasur. Dalam pandangan hidup orang jawa, juga dikenal tiga kesetiaan seorang
perempuan, yakni ketika kecil harus patuh kepada orang tua, ketika
dewasa harus patuh kepada suami, dan ketika tua harus patuh
kepada anak-anaknya. Sedangkan secara sosial, nilai-nilai di atas dilembagakan
dalam semua aspek kehidupan: hukum, politik, dan pranata sosial. Berbagai
faktor itulah yang akhirnya membentuk stereotip perempuan. BI yang merupakan
sarana untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikap, akan mencerminkan
stereotip perempuan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar