DISKRIMINASI
BERDASARKAN GENDER MASIH TERJADI
pada seluruh aspek
kehidupan, di seluruh dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan
gender dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat
bervariasi di berbagai
negara atau wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara dunia ketiga di mana
perempuan telah menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi.
Kesenjangan gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan
partisipasi politik
terjadi di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling
berat akibat ketidaksetaraan yang
terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua orang. Oleh
sebab itu, kesetaraan gender merupakan
persoalan pokok
pembangunan-suatu
tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri. Kesetaraan gender akan
memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan
memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan kesetaraan gender
adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk memberdayakan
masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan diri dari
kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Pembangunan ekonomi
membuka banyak jalan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam jangka panjang.
Banyak fakta di seluruh dunia yang dapat
ditampilkan untuk mendukung pernyataan ini. Meskipun demikian, pertumbuhan
ekonomi saja belumlah memadai. Di sini
dibutuhkan juga institusi yang memberikan persamaan hak dan kesempatan bagi
perempuan dan laki-laki, serta dibutuhkan
juga langkah- langkah kebijakan untuk menangani ketidaksetaraan yang
masih mengakar. Laporan ini mengusulkan tiga strategi untuk meningkatkan
kesetaraan gender:2
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
• Reformasi
institusi guna menjamin kesetaraan hak dan kesempatan bagi perempuan dan
laki-laki. Reformasi institusi hukum dan ekonomi penting dilakukan untuk
meletakkan dasar persamaan hak
dan kesempatan bagi
perempuan dan laki-laki. Mengingat hukum atau peraturan-peraturan yang ada di
banyak negara masih terus melanggengkan ketidaksetaraan gender, maka reformasi
hukum mutlak diperlukan terutama hukum
rumahtangga, perlindungan terhadap kekerasan, hak atas tanah, pekerjaan, dan
politik.
• Mendorong pertumbuhan
ekonomi guna memperbesar kesetaraan sumber daya dan partisipasi. Peningkatan pendapatan dan penurunan tingkat
kemiskinan cenderung mengurangi ketidaksetaraan
gender dalam
pendidikan, kesehatan, dan gizi. Daya produksi atau produktivitas yang meningkat
dan lapangan kerja baru seringkalimengurangi ketidaksetaraan gender dalam
pekerjaan. Investasi pada
infrastruktur
seperti air bersih, energi, dan transportasi dapat membantu mengurangi
ketidaksetaraan beban kerja.
• Mengambil langkah
aktif untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam penguasaan sumber daya dan aspirasi
dalam politik praktis. Karena reformasi
institusional dan pembangunan ekonomi sering
tidak memadai, maka
dibutuhkan langkah aktif untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dalam jangka
pendek dan jangka menengah. Kesetaraan Gender-dalam Hak, Sumber Daya dan
Aspirasi
KATA ‘GENDER’ DAPAT
DIARTIKAN SEBAGAI PERAN YANG
dibentuk oleh
masyarakat serta perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang
berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Ada perbedaan secara
biologis antara perempuan
dan laki-laki-namun
kebudayaan menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi seperangkat tuntutan
sosial tentang kepantasan dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak,
sumber daya, dan kuasa.
Kendati tuntutan
ini bervariasi di setiap masyarakat, tapi terdapat beberapa kemiripan yang
mencolok. Misalnya, hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab
perawatan anak pada perempuan, sedangkan tugas kemiliteran diberikan pada laki-laki. Sebagaimana halnya
ras, etnik, dan kelas, gender adalah sebuah kategori sosial yang sangat
menentukan jalan hidup seseorang dan3
RANGKUMAN
partisipasinya
dalam masyarakat dan ekonomi. Tidak semua masyarakat mengalami diskriminasi
berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat mengalami diskriminasi
berdasarkan gender-dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan-dalam tingkatan yang
berbeda-beda. Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah
ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena kebijakan
dan perubahan sosial-ekonomi.
Istilah ‘kesetaraan
gender’ bisa diartikan secara berbeda-beda apabila dikaitkan dengan konteks
pembangunan. Laporan ini mengartikan kesetaraan gender sebagai kesetaraan di
bidang hukum, kesempatan (termasuk kesetaraan upah kerja, kesetaraan akses
terhadap sumber daya manusia, dan sumber-sumber produktif lainnya yang
memperluas kesempatan) dan aspirasi (untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam proses pembangunan). Kami tidak mengartikan kesetaraan gender sebagai
kesetaraan atas apa yang dihasilkan.
Hal ini didasarkan
pada dua alasan sebagai berikut, pertama, tiap-tiap budaya dan masyarakat dapat
mengambil jalan yang berbeda dalam upaya mereka mencapai kesetaraan gender.
Kedua, kesetaraan secara implisit berarti kebebasan bagi perempuan dan
laki-laki untuk memilih peran dan akibat-akibat yang berbeda (atau serupa) yang
disesuaikan menurut pilihan-pilihan dan tujuan-tujuan mereka sendiri.
Laporan ini
menggunakan berbagai tipe data dan pola
analisa untuk mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan gender di
dunia ketiga. Namun, upaya mengukur beragamnya dimensi kesetaraan gender
sangatlah rumit. Hambatan utamanya adalah kurangnya analisis dan data yang
dibedakan berdasarkan gender yang berkaitan dengan beberapa aspek penting dari
kesetaraan gender.
Mengingat
bukti-bukti empiris lebih banyak tersedia
di negara-negara maju daripada di negara-negara berkembang, laporan ini
juga membahas pengalaman negara-negara industri. Laporan ini mengkombinasikan
analisis mikro, nasional dan internasional, dan membahas penelitian empiris
dari sejumlah disiplin ilmu sosial.
Meski ada Kemajuan, Ketidaksetaraan
GenderTe tap Terjadi di Semua Negara
PADA SEPARUH AKHIR
ABAD KE-20 KITA MENYAKSIKAN
adanya peningkatan
dalam status perempuan dan kesetaraan gender di sebagian besar negara
berkembang.4
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
• Dengan beberapa
pengecualian, secara umum tingkat pendidikan perempuan meningkat secara pesat.
Rata-rata jumlah anak perempuan yang mendaftar
ke sekolah dasar di Asia Tenggara,
Sub-Sahara Afrika,
Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat kurang lebih dua kali lipat. Hal ini, secara signifikan, mengurangi
kesenjangan gender dalam dunia pendidikan.
• Harapan hidup
perempuan meningkat 15 sampai 20 tahun di negaraberkembang. Melalui peningkatan
anggaran yang lebih besar bagi anak-anak perempuan maupun perempuan dewasa,
serta akses yang lebihbaik dalam perawatan kesehatan, maka pola harapan hidup bagi perempuan dan
laki-laki telah meningkat di semua
kawasan negara berkembang. Untuk pertama kalinya, dalam periode 1990-an,
perempuan di Asia Selatan rata-rata hidup lebih lama daripada laki-laki.
• Lebih banyak
perempuan masuk dalam angkatan kerja. Sejak 1970, partisipasi perempuan dalam
angkatan kerja telah meningkat rata- rata 15 persen di Asia Timur dan Amerika
Latin. Pertumbuhan
angkatan kerja ini
lebih besar daripada yang terjadi pada laki-laki, sehingga memperkecil
kesenjangan gender dalam pekerjaan. Kesenjangan upah antara perempuan dan
laki-laki juga semakin kecil.
Meskipun ada
kemajuan, ketidaksetaraan gender dalam hak, sumber daya dan aspirasi masih
banyak ditemukan di negara-negara berkembang, bahkan di sebagian negara
berkembang tidak terjadi kemajuan yang berarti. Selain itu, krisis
sosio-ekonomi di beberapa negara telah berakibat buruk terhadapberbagai
kemajuan yang dengan susah payah telah dicapai.
Persamaan Hak Tidak
satu pun negara (seperti tampak pada gambar 1) telah menjamin kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki dalam
hak-hak sosial, ekonomi dan hukum. Di sejumlah negara, perempuan dibatasi
haknya atas kepemilikan tanah, mengelola properti, berbisnis, bahkan melakukan perjalanan
tanpa persetujuan suami. Di banyak kawasan Sub-Sahara Afrika, sebagian besar
perempuan memperoleh hak atas tanah melalui suami mereka atas dasar perkawinan,
dan seringkali hak-hak ini hilang saat terjadi
perceraian atau kematian sang suami. Ketidaksetaraan gen-der dalam hak
membatasi pilihan yang tersedia bagi
perempuan di berbagai aspek kehidupan, sehingga seringkali sangat membatasi kemampuan
mereka untuk berpartisipasi atau memperoleh manfaat dari pembangunan.5
RANGKUMAN
Sumber Daya Perempuan
masih memiliki keterbatasan akses atas beragam sumber daya produktif, termasuk
pendidikan, tanah, informasi, dan keuangan. Di Asia Selatan, rata-rata jumlah jam yang digunakan perempuan
bersekolah hanya separuh dari yang
digunakan laki-laki, dan jumlah anak
perempuan yang mendaftar ke sekolah
menengah hanya dua pertiga dari jumlah anak laki- laki. Banyak perempuan tidak
memiliki tanah, dan meski mereka memilikinya, status kepemilikannya lebih lemah
daripada laki-laki. Di banyak negara berkembang, wirausaha yang dikelola oleh
perempuan cenderung kekurangan modal, kurang memiliki akses terhadap mesin,
pupuk, informasi
tambahan, dan
kredit dibandingkan wirausaha yang dikelola laki-laki. Ketidaksetaraan semacam
ini, baik dalam pendidikan maupun sumber daya produktif lainnya, berdampak
buruk terhadap kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan
kontribusi mereka dalam
meningkatkan taraf
hidup rumahtangga. Ketidaksetaraan tersebut juga memperbesar risiko dan
menurunkan daya tahan apabila terjadi persoalan pribadi atau rumahtangga.
Ketidaksetaraan juga menurunkan daya tahan Gambar 1. Ketidaksetaraan Gender
dalam Hak-Hak Dasar Terjadi di Seluruh Dunia Indeks kesetaraan gender Asia
Timur Eropa Timur Amerika Timur Tengah Asia Sub-Sahara OECD dan Pasifik dan
Asia Latin dan dan Selatan Afrika Tengah Karibia Afrika Utara
Catatan: Nilai 1 menunjukkan
kesetaraan hak gender yang rendah, nilai 4 kesetaraan yang tinggi (lihat
catatan 1 pada
akhir rangkuman untuk informasi lebih lanjut).
Sumber: Data
mengenai hak-hak dari Humana (1992); data penduduk dari Bank Dunia (1999)6
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
saat usia mulai
lanjut dan terjadinya goncangan ekonomi.
Meski tercatat adanya kemajuan yang
dicapai perempuan dalam pendidikan dewasa ini, tapi mereka masih tetap
mendapatkan upah yang
lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Hal itu tetap terjadi meski perempuan dan
laki-laki memiliki tingkat pendidikan
dan pengalaman kerja yang sama. Di negara-negara berkembang, perempuan
seringkali dibatasi jenis pekerjaannya dan biasanya tidak ditempatkan pada
posisi-posisi manajemen di sektor formal. Di negara-negara industri, perempuan
di sektor kerja upahan berpenghasilan rata-rata 77 persen dari penghasilan laki-laki
di sektor yang sama; sementara itu di negara-negara berkembang rata-rata berkisar 73 persen. Hanya sekitar seperlima dari
kesenjangan upah itu bisa dijelaskan berdasarkan perbedaan gender dalam pendidikan, pengalaman
kerja atau sifat-sifat pekerjaan.
Aspirasi Terbatasnya
akses terhadap sumber daya dan lemahnya kemampuan untuk menghasilkan
pendapatan-baik di bidang wirausaha maupun swasta- menghambat partisipasi perempuan dalam distribusi sumber daya dan berbagai
keputusan investasi di rumah. Ketidaksetaraan hak dan status sosio- ekonomi
perempuan yang lebih lemah dibandingkan laki-laki juga membatasi kemampuannya
mempengaruhi pengambilan keputusan di komunitas mereka maupun di tingkat
nasional. Perempuan tetap kurang terwakili baik dalam dewan perwakilan lokal
maupun nasional.
Jumlah wakil perempuan di dewan perwakilan atau parlemen
rata-rata kurang dari 10 persen atas jumlah
kursi dewan yang ada (kecuali di Asia Selatan di mana rata-ratanya 18-19
persen).
Tidak ada satu pun
negara berkembang di mana perempuan menempati lebih dari 8 persen dalam
posisi-posisi kementerian. Bahkan, sejak tahun 1970-an di banyak negara tidak
terjadi kemajuan yang berarti. Di Eropa Timur, jumlah wakil perempuan di
parlemen menurun dari 25 menjadi 7 persen sejak awal transisi politik dan
ekonomi. Ketimpangan Gender Cenderung Paling Banyak Terjadi di antara Kaum Miskin
KETIDAKSETARAAN
GENDER DALAM PENDIDIKAN DAN
kesehatan paling
banyak terjadi di kalangan kaum miskin. Baru-baru ini, sebuah penelitian
terhadap pendaftaran siswa ke7
RANGKUMAN
sekolah di 41
negara memperlihatkan bahwa ketidaksetaraan gender dalam jumlah siswa yang
mendaftar ke sekolah di negara-negara tersebut umumnya lebih tinggi di antara
kaum miskin (gambar 2). Pola serupa ditemukan pada rumahtangga-rumahtangga
miskin dan non-miskin berdasarkan angka kematian
anak laki-laki dan perempuan di bawah usia lima tahun.
Pola serupa juga
muncul sewaktu membandingkan negara-negara kaya dan miskin. Sementara kesetaraan gender dalam pendidikan dan
kesehatan jelas membaik selama 30 tahun terakhir di negara-negara
berpenghasilan rendah, namun ketidaksetaraan antara jumlah anak perempuan dan
laki- laki yang mendaftar ke sekolah masih tinggi di negara-negara tersebut dibanding di negara-negara berpenghasilan menengah dan
tinggi (gambar 3). Meskipun terdapat kaitan antara pembangunan ekonomi dan
kesetaraan gender, jumlah wakil perempuan di parlemen masih tetap rendah.
Beberapa negara berpenghasilan rendah, seperti Cina dan Uganda, telah Gambar 2.
Ketimpangan Gender Cenderung Lebih Besar di
Kaum Miskin daripada Kaum Kaya Rasio pendaftaran siswa laki-laki dan perempuan ke sekolah di kalangan kaum miskin Rasio pendaftaran siswa laki-laki dan perempuan di kalangan kaum kaya
Catatan: Rasio jumlah pendaftaran siswa ke sekolah berkaitan dengan proporsi anak-anak usia 6-14
yang didaftarkan di sekolah, bukan soal tingkatannya. Keluarga miskin diartikan
sebagai keluarga yang berada pada lapisan bawah 40 persen distribusi
“kekayaan”, sedangkan keluarga kaya
adalah mereka yang berada pada lapisan atas 20 persen. Garis diagonal
menunjukkan kesenjangan gender yang sama antara kalangan miskin dan kaya.
Sumber: Filmer 1999.8
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
mengupayakan untuk
membuka kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk duduk di parlemen,
sehingga mencapai jumlah wakil perempuan yang bahkan lebih tinggi daripada
negara-negara berpenghasilan tinggi.
Fenomena tersebut
memperlihatkan bagaimana kuatnya pengaruh tekanan- tekanan sosial terhadap
persoalan kesetaraan gender. Penting untuk dicatat bahwa indikator ini hanya
merupakan sebagian
parameter untuk
mengukur kesetaraan gender. Dibutuhkan lebih banyak keterangan sistematis untuk
memetakan dimensi yang lain-mulai dari Gambar 3. Kesetaraan Gender Meningkatdari Waktu ke Waktu di Negara
Berpenghasilan Rendah dan Menengah-Kecuali dalam Partisipasi Politik Rasio
perempuan terhadap laki-laki Negara-negara Negara-negara Negara-negara berpenghasilan
rendah berpenghasilan menengah berpenghasilan tinggi Harapan hidup Pendaftaran
sekolah dasar Pendaftaran sekolah menengah Perwakilan parlemen Catatan:
Rata-rata sementara jumlah
pendaftaran ke sekolah adalah total
pendaftaran pada tingkat sekolah, tanpa memandang
usia, yang dinyatakan sebagai persentase populasi usia-sekolah yang resmi. Rasio pendaftaran ke
sekolah antara perempuan dan laki-laki
adalah jumlah sementara pendaftaran
perempuan dibagi dengan jumlah sementara pendaftaran laki-laki. Untuk
perwakilan parlemen, rasionya adalah jumlah kursi yang diduduki perempuan
terhadap kursi yang diduduki laki-laki. Semua nilai merupakan rata-rata menurut
penduduk.
a. Data parlemen
dari tahun 1975.
b. Data parlemen dari
tahun 1985.
c. Data harapan
hidup dari tahun 1997.
Sumber: Data
parlemen dari WISTAT (1998); data pendapatan dari Bank Dunia (1999).9
RANGKUMAN
penguasaan terhadap
aset keuangan dan fisik sampai persoalan otonomi. Hal itu perlu dilakukan agar
dapat lebih memahami seberapa besar kesetaraan
yang telah dicapai dan seberapa jauh perjalanan yang masih harus ditempuh. Ketidaksetaraan
Gender Menurunkan Kesejahteraan dan Menghambat Pembangunan KETIDAKSETARAAN
GENDER MERUGIKAN BAGI KESE-hatan dan kesejahteraan laki-laki, perempuan, serta
anak-anak, dan memiliki dampak terhadap kemampuan mereka meningkatkan taraf
kehidupan. Selain itu, ketidaksetaraan gender juga mengurangi produktifitas
peternakan dan wirausaha, sehingga mengurangi prospek mengentaskan kemiskinan
dan jaminan kemajuan ekonomi. Terakhir, ketidaksetaraan gender dapat melemahkan
pemerintahan suatu negara- dan dengan demikian berakibat pada buruknya
efektifitas kebijakan
pembangunannya.Kesejahteraan
Hal yang paling merugikan dari ketidaksetaraan gender adalah
menurunnya kualitas
kehidupan. Sulit untuk mengidentifikasi dan mengukur seluruh kerugian ini-namun
banyak bukti dari banyak negara di dunia
yang menunjukkan bahwa masyarakat dengan
ketidaksetaraan gender mengalami
banyak persoalan kemiskinan, kekurangan gizi, berbagai penyakit, dan
banyak kerugian lainnya.
• Cina, Korea dan
Asia Selatan memiliki angka kematian perempuan di atas normal. Mengapa
demikian? Norma-norma sosial yang mengistimewakan anak laki-laki, ditambah
kebijakan satu-anak di Cina, telah mendorong angka kematian anak perempuan
menjadi lebih besar daripada laki-laki. Beberapa prediksi mengindikasikan bahwa
jumlah perempuan yang hidup saat ini seharusnya 60-100 juta lebih banyak bila
tidak ada diskriminasi gender.
• Tingkat buta huruf
dan keterbatasan jenjang pendidikan ibu secara langsung merugikan anak-anak.
Jenjang pendidikan yang rendah berakibat pada kualitas perawatan anak yang
buruk dan juga angka
kematian bayi dan
kurang gizi yang lebih tinggi. Semakin tinggi10 PEMBANGUNAN BERPERSPEKTIF
GENDER tingkat pendidikan seorang ibu, semakin besar kemungkinannya menyesuaikan
diri dengan standar kesehatan, misalnya memberikan imunisasi kepada anaknya
(gambar 4). Kesimpulan ini didukung oleh analisis yang seksama terhadap
penelitian rumahtangga yang menjelaskan faktor-faktor lain yang mungkin dapat
memperbaiki tindakan pengasuhan dan kesehatan rumahtangga.
• Sebagaimana
halnya jenjang pendidikan ibu, pendapatan rumahtangga yang lebih tinggi juga
erat terkait dengan angka kelangsungan hidup anak dan gizi yang lebih baik.
Penghasilan tambahan oleh perempuan dalam rumah tangga cenderung berpengaruh
lebih besar dibandingkan penghasilan tambahan oleh laki-laki, seperti yang
diperlihatkan hasil penelitian di Bangladesh, Brazil, dan Pantai Gading.
Sayangnya, norma-norma sosial yang kaku tentang pembagian kerja berdasarkan
gender dan kecilnya upah kerja bagi perempuan membatasi kemampuan perempuan menghasilkan
pendapatan.
Gambar 4. Rata-Rata
Angka Imunisasi Anak Meningkat Seiring Tingkat Pendidikan Ibu Persentase anak
berumur 12-23 bulan yang telah diimunisasi, berdasarkan tingkat pendidikan ibu Persen
Asia Timur Amerika Timur Tengah Asia Selatan Sub-Sahara dan Pasifik Latin dan
Afrika dan Karibia Afrika Utara Tidak ada pendidikan Pendidikan Dasar Pendidikan
menengah atau lebih tinggi Catatan: Semua nilai-nilai regional merupakan
rata-rata berdasarkan populasi.
Sumber: Data
imunisasi berasal dari Survei Demografi
dan Kesehatan yang terbaru; sementara data kependudukan berasal dari Bank Dunia
(1999).11
RANGKUMAN
• Ketidaksetaraan
gender dalam jenjang pendidikan dan pekerjaan di perkotaan mempercepat
penyebaran HIV (gambar 5). Epidemi AIDS akan menyebar cepat dalam waktu
mendatang, sehingga satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki akan
terinfeksi HIV. Kasus ini sendiri sudah
terjadi di beberapa negara di Sub-Sahara Afrika.
• Sementara
perempuan dan anak perempuan, khususnya yang miskin, mengalami diskriminasi
berdasarkan gender, ketidaksetaraan gender juga membebani laki-laki. Selama transisi
ekonomi di Eropa Timur, laki-laki telah mengalami penurunan tingkat harapan
hidup dalam tahun-tahun belakangan ini. Kenaikan rata-rata jumlah kematian
laki-laki-paling banyak terjadi di masa damai- berhubungan dengan peningkatan
stres dan kegelisahan yang disebabkan banyaknya
pengangguran di antara kaum laki-laki.
Gambar 5. Tingkat
Infeksi HIV Lebih Tinggi Seiring Meningkatnya
Kesenjangan Gender dalam Kemampuan Baca Tulis Tingkat prevalensi HIV
orang dewasa di perkotaan (skala log) Kesenjangan tingkat kemajuan baca-tulis antara laki-laki dan perempuan
Catatan: Plot yang
ada mencakup 72 negara (32 di Sub-Sahara Afrika, 20 di Amerika Latin dan
Karibia, 15 di Asia, 4 di Timur Tengah, dan 1 negara industri). Poros vertikal
yang mengukur persentase penduduk perkotaan yang terinfeksi HIV telah diubah
menjadi skala logaritma. Titik-titik pada tiap bidang mewakili data untuk tiap
negara setelah dikesampingkannya efek variabel-variabel sosial lain yang
tercakup dalam analisis regresi (termasuk GNP per kapita, suatu indeks
ketidaksetaraan penghasilan, agama dan proporsi penduduk yang lahir sebagai warga asing).
Sumber: Setelah
1998.12
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
Produktifitas dan
Pertumbuhan Ekonomi Beban pada kehidupan manusia adalah beban pembangunan-karena
meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah tujuan akhir pembangunan.
Ketidaksetaraan
gender memberikan beban pula pada produktivitas, efisiensi, dan kemajuan
ekonomi. Dengan menahan akumulasi sumber daya manusia di rumah dan di pasar
tenaga kerja, serta dengan sistematis mengecualikan
perempuan atau laki-laki dari akses ke sumber daya, jasa
publik, atau
aktifitas produktif, maka diskriminasi gender mengurangi kapasitas suatu
perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untukmeningkatkan
standar kehidupan.
• Hilangnya pendapatan disebabkan oleh ketidaefisienan
dalam alokasi sumber daya produktif
antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga.
Dalam rumahtangga di Burkina Faso, Kamerun, dan Kenya, pengendalian yang lebih
setara atas sumbangan tenaga dan pendapatan
di suatu peternakan antara perempuan dan laki-laki
dapat meningkatkan hasil peternakan sampai sebanyak seperlima dari penghasilan
sekarang.
• Investasi yang
rendah untuk pendidikan perempuan juga menurunkan tingkat pendapatan suatu
negara. Sebuah penelitian memperkirakan jika negara-negara di Asia Selatan,
Sub-Sahara Afrika, Timur Tengah, dan Afrika Utara telah mulai mengatasi
kesenjangan gender dalam bidang pendidikan seperti yang telah dilakukan di Asia
Timur tahun 1960 dan menurunkan
kesenjangan sampai ke tingkat yang telah dicapai Asia Timur dari tahun
1960 hingga 1992, maka pendapatan per kapita mereka seharusnya dapat tumbuh
lebih cepat 0,5 sampai dengan 0,9 persen setiap tahun-peningkatan yang
substansial terhadap rata-rata pertumbuhan aktual (gambar 6).
Penelitian lainnya memperkirakan
bahwa di negara-negara berpenghasilan
menengah dan tinggi dengan rata-rata tingkat pendidikan dasar yang lebih
tinggi, kenaikan 1 persen dalam
keikutsertaan perempuan dalam pendidikan menengah erat kaitannya dengan
kenaikan pendapatan per kapita sebesar 0,3 persen. Kedua penelitian
tersebut melakukan kontrol bagi variabel-variabel lainnya yang umumnya bisa ditemukan dalam kepustakaan
yang membahas soal pertumbuhan.
Pemerintahan Hak-hak
yang lebih besar untuk perempuan dan partisipasi yang lebih setara antara
perempuan dan laki-laki dalam kehidupan publik ada kaitannya13 RANGKUMAN dengan
penyelenggaraan bisnis dan pemerintahan
yang lebih bersih dan baik. Tempat-tempat di mana pengaruh perempuan dalam
kehidupan publik lebih besar, ternyata tingkat korupsinya lebih rendah. Hal ini
berlaku bahkan apabila kita membandingkan negara-negara dengan tingkat
pendapatan (gambar 7), kebebasan sipil, pendidikan, dan institusi hukum yang sama.
Kendatipun masih
berupa saran, berbagai penemuan ini
memberi dukungan agar lebih banyak perempuan berkiprah dalam angkatan kerja dan
politik- karena perempuan dapat menjadi pihak-pihak yang efektif bagi supremasi
hukum (rule of law) dan pemerintahan yang bersih.
Perempuan yang
berbisnis lebih kecil kemungkinannya membayar suap kepada pejabat pemerintah.
Hal itu mungkin karena perempuan memiliki standar tingkah laku etika atau lebih
banyak menghindari risiko yang lebih tinggi. Sebuah penelitian terhadap 350
perusahaan di republik Geor-
gia menyimpulkan
bahwa perusahaan yang dimiliki dan dikelola laki-laki 10 persen lebih besar kemungkinannya terlibat dalam
praktek suap Gambar 6. Kemajuan yang Lebih Pesat dalam Mempersempit Kesenjangan
Gender di Bidang Pendidikan akan Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Rata-Rata
Pertumbuhan Tahunan dalam GNP per kapita, 1960-92 Persen Sub-Sahara Afrika Asia
Selatan Timur Tengah dan Afrika Utara Aktual Ramalan
Catatan:
“Ramalan” artinya rata-rata tingkat
pertumbuhan GNP yang diramalkan untuk
suatu daerah jika kesenjangan gendernya
dalam pendidikan dimulai pada tingkat
Asia Timur di tahun 1960 dan telah menyusut secepat penyusutan di Asia
Timur dari tahun 1960 sampai 1992.
Sumber:
Simulasi berdasarkan hasil regresi dari Klasen (1999)14
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
terhadap pejabat
pemerintah daripada yang dimiliki atau dikelola perempuan. Hasil penelitan ini
tetap berlaku tanpa terpengaruh oleh karakteristik perusahaaan, seperti
misalnya pada sektor apa perusahaan beroperasi dan besar-kecilnya perusahaan,
maupun oleh karakteristik pemilik atau manajer, misalnya tingkat pendidikan.
Tanpa mengendalikan faktor-faktor ini, perusahaan yang dikelola laki-laki dua
kali lebih besar kemungkinannya melakukan penyuapan.
Mengapa
Ketidaksetaraan Gender Masih Tetap Terjadi?
JIKA
KETIDAKSETARAAN GENDER MENURUNKAN KESEJAH- teraan dan prospek suatu negara
untuk melakukan pembangunan, mengapa ketidaksetaraan yang berbahaya ini masih tetap bertahan di
Gambar 7. Hak-Hak
Lebih Setara, Korupsi Berkurang Indeks korupsi Indeks hak-hak ekonomi dan
sosial perempuan
Catatan: Indeks
korupsi menggunakan data dari Pedoman Risiko Negara Internasional (ICRG) dan
mengubahnya:
indeks korupsi = 10
- (Index ICRG - 1) x 2. Variabel hak-hak perempuan adalah Indikator HAM Ekonomi
dan Sosial Perempuan (WESHR) yang dikembangkan oleh Program Studi Global
Universitas Purdue. Gambar ini didukung oleh data GDP per kapita di tiap
negara.
Sumber: Perkiraan
staf Bank Dunia; lihat juga Kaufmann (1998).15
RANGKUMAN
begitu banyak
negara? Mengapa jenis-jenis ketidaksetaraan
gender tertentu jauh lebih sulit dihilangkan daripada yang lain?
Misalnya, perbaikan telah banyak terjadi
dalam sejumlah dimensi seperti kesehatan dan akses terhadap jenjang pendidikan,
tapi perbaikan dalam partisipasi politik dan persamaan hak milik berjalan jauh
lebih lambat. Faktor-faktor apa saja yang menghalangi
transformasi
hubungan gender dan penghapusan ketidaksetaraan gender? Institusi, rumahtangga,
dan ekonomi.
Institusi masyarakat-seperti
norma sosial, adat istiadat, hak dan hukum- sebagaimana halnya institusi
ekonomi, seperti pasar, membentuk peran dan hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Institusi-institusi tersebut mempengaruhi jenis sumber daya yang
dapat diakses oleh perempuan dan laki-laki, jenis aktifitas yang boleh atau
tidak boleh mereka lakukan, dan dalam bentuk apa mereka dapat berpartisipasi
dalam ekonomi dan masyarakat. Institusi tersebut mewujudkan insentif yang dapat
mendorong ataupun mengerem prasangka. Bahkan ketika institusi formal dan infor-
mal tidak secara eksplisit membedakan
laki-laki dan perempuan, mereka umumnya dibentuk (baik secara eksplisit maupun
implisit) oleh norma sosial yang berkaitan dengan peran yang sepantasnya bagi
masing- masing gender.
Institusi
masyarakat seperti ini memiliki enersinya sendiri serta biasanya
konservatif dan sulit untuk diubah,
namun demikian sifatnya sama sekali tidak statis. Seperti halnya institusi,
rumahtangga memainkan peran cukup sentral dalam membentuk hubungan gender sejak
dini dan dalam mewariskannya dari satu generasi ke generasi lain. Seseorang
membuat banyak keputusan yang paling mendasar dalam hidupnya di dalam lingkup
rumahtangga- seperti keputusan untuk mempunyai dan merawat anak, menentukan tempat
bekerja dan berekreasi, dan melakukan investasi untuk masa depan.
Bagaimana tugas dan
sumber daya produktif dialokasikan di antara anak laki-laki dan perempuan,
seberapa banyak kebebasan yang diberikan kepada mereka, apakah ada perbedaan
harapan atau ekspektasi di antara mereka-semua ini menciptakan, memperkuat,
atau mengurangi ketidaksetaraan gender.
Tetapi rumah tangga tidak mengambil keputusan sendirian.
Mereka membuat
keputusan dalam konteks komunitas dan melalui
cara-cara yang mencerminkan pengaruh insentif yang
ditegakkan oleh institusi dan lingkungan
yang lebih luas. Oleh karena ekonomi menentukan kesempatan-kesempatan
yang dimiliki seseorang untuk meningkatkan standar kehidupannya, kebijakan
ekonomi dan pembangunan berdampak sangat besar terhadap ketidaksetaraan gender.
Pendapatan yang lebih tinggi berarti berkurangnya tekanan- tekanan sumber daya
dalam rumahtangga yang memaksa orang tua untuk16
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
memilih antara
mengalokasikan investasi untuk anak
laki-laki atau perempuan. Namun bagaimana perempuan dan laki-laki terkena
dampak pembangunan ekonomi tepatnya tergantung pada aktifitas apa saja yang tersedia yang menghasilkan pendapatan,
bagaimana aktifitas-aktifitas tersebut dikelola, bagaimana ketrampilan dan usaha dihargai, serta apakah perempuan
dan laki-laki dapat berpartisipasi secara setara.
Tentu saja, bahkan
kebijakan pembangunan yang jelas-jelas netral gender sekalipun dapat
menghasilkan sesuatu yang terbedakan secara gender-sebagian diakibatkan oleh
cara-cara dimana keputusan-keputusan institusi dan rumahtangga saling terjalin
untuk membentuk peran dan hubungan
gender. Pembagian kerja berdasarkan gender di rumah, norma- norma dan
prasangka-prasangka sosial, serta
kapasitas akses atas sumber daya yang tidak setara menghalangi perempuan dan
laki-laki untuk memperoleh keuntungan yang setara dalam kesempatan ekonomi atau menghadapi
goncangan ekonomi secara setara. Kegagalan dalam mengenali hambatan-hambatan
yang gender differentiated ini sewaktu merancang kebijakan dapat melemahkan
efektivitas kebijakan tersebut, baik dari pespektif keadilan maupun efisiensi.
Jadi, institusi
kemasyarakatan, rumahtangga, dan ekonomi makro bersama-sama menentukan
kesempatan dan prospek hidup seseorang berdasarkan gender. Ketiganya juga merepresentasikan pintu-pintu
masuk yang cukup penting bagi kebijakan publik untuk mengatasi ketidaksetaraan gender yang masih terus bertahan. Tiga Strategi untuk Meningkatkan Kesetaraan Gender
KETIDAKSETARAAN GENDER YANG SANGAT MERUGIKAN
kemanusiaan dan
menghambat prospek pembangunan negara menjadi landasan bagi tindakan privat dan
publik untuk meningkatkan kesetaraan gender. Negara memiliki peran penting
untuk meningkatkan kesejahteraan baik
perempuan maupun laki-laki. Dengan melaksanakan peran ini, negara
mendapatkan manfaat sosial yang besar dalam
kaitannya dengan peningkatan status perempuan dan anak perempuan baik secara
absolut maupun relatif. Aksi publik terutama penting karena institusi sosial
dan hukum yang mempertahankan ketidaksetaraan gender luar biasa sulit, atau
bahkan tidak mungkin, diubah oleh individual secara sendiri-sendiri. Juga,
kegagalan-kegagalan dalam pasar berarti tidak17
RANGKUMAN
cukupnya informasi
tentang produktifitas perempuan dalam pasar tenaga kerja (karena perempuan
menghabiskan lebih banyak waktu kerja dalam aktifitas domestik atau karena
pasar tenaga kerja tidak ada atau tidak dikembangkan). Hal ini jelas-jelas
menjadi hambatan Memperbaiki efektifitas
institusi kemasyarakatan dan mencapai pertumbuhan ekonomi telah secara luas
diterima sebagai elemen kunci setiap strategi pembangunan jangka panjang. Namun
kesuksesan penerapan strategi ini tidak menjamin kesetaraan gender.
Untuk meningkatkan
kesetaraan gender, kebijakan untuk melakukan perubahan institusi dan
pembangunan ekonomi perlu memperhatikan dan mengatasi ketidaksetaraan gender
dalam hak, sumber daya, dan aspirasi. Dibutuhkankebijakan dan program yang
proaktif untuk memperbaiki
ketidaksetaraan yang telah lama berlangsung antara perempuan dan laki-laki.
Bukti yang ada telah memberi cukup dasar bagi diterapkannya tiga langkah
strategis untuk meningkatkan kesetaraan gender.
1. Mereformasi Institusi untuk Menetapkan
Hak-hak dan Kesempatan yang Sama bagi Perempuan dan Laki-laki Karena institusi
sosial, hukum, dan ekonomi menentukan akses perempuan dan laki-laki ke berbagai
sumber daya, kesempatan mereka, dan kemampuan relatif mereka, salah satu unsur
kunci untuk meningkatkan kesetaraan gender adalah menetapkan suatu tingkat ‘keleluasaan’
(playing field) institusional bagi
perempuan dan laki-laki.
Menjamin Kesetaraan
dalam Hak-Hak Dasar. Kesetaraan gender dalam hak merupakan tujuan pembangunan yang memiliki nilainya
sendiri. Hak- hak hukum, sosial, dan ekonomi menyediakan suatu ‘atmosfer’
(environ- ment) yang memungkinkan
perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi secara produktif dalam masyarakat,
mencapai dasar kualitas hidup, dan mengambil keuntungan dari
kesempatan-kesempatan baru yang ditawarkan oleh pembangunan. Kesetaraan hak
yang lebih besar juga secara konsisten dan sistematis dihubungkan dengan
kesetaraan gender yang lebih besar dalam pendidikan, kesehatan, dan partisipasi
politik- dampak-dampak yang tidak ada hubungannya dengan pendapatan (gambar 8).
Jika negara-negara
di Asia Selatan, Sub-Sahara Afrika, dan Timur Tengah serta Afrika Utara akan
meningkatkan kesetaraan gender dalam hak sampai ke tingkat negara yang “paling setara” di wilayah mereka masing-masing,
rasio jumlah perempuan dan laki-laki
dalam parlemen18
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
akan meningkat lebih dari dua kali lipat di Timur Tengah dan
Afrika Utara, dan akan meningkat lebih dari 60 persen di dua wilayah lainnya. Meskipun
peningkatan kesetaraan gender dalam hak memiliki dampak tak seberapa terhadap kesetaraan gender dalam pendidikan,
perbaikan hak yang cukup signifikan dapat
mengarah pada tercapainya
kesetaraan antara jumlah anak laki-laki dan perempuan yang mendaftar
sekolah. Hanya di Asia Selatan kesenjangan gender yang cukup besar dalam jumlah
pendaftaran siswa diperkirakan masih terus bertahan, meski terjadi perbaikan
besar dalam persamaan hak. Dengan demikian, reformasi hukum berperan penting
dalam mewujudkan persamaan hak dan
perlindungan antara perempuan dan
laki-laki.
Gambar 8.
Kesetaraan Hak Lebih Besar-Kesetaraan Sumber Daya dan Aspirasi Lebih Besar Rasio
perempuan terhadap laki-laki Pendaftaran sekolah menengah, 1995 Perwakilan di
parlemen, 1995
kesetaraan
kesetaraan kesetaraan kesetaraan hak rendah hak tinggi hak rendah hak tinggi Catatan: Tingkat pendaftaran kasar adalah total
pendaftaran pada suatu tingkat sekolah, tanpa memperhatikan usia, yang dinyatakan sebagai persentase
terhadap penduduk usia-sekolah yang
resmi sesuai dengan tingkat tersebut pada tahun sekolah tertentu. Rasio
pendaftaran perempuan terhadap laki-laki adalah rasio pendaftaran kasar
perempuan dibagi dengan rasio pendaftaran kasar laki-laki. Untuk perwakilan
parlemen, rasionya adalah jumlah kursi yang diduduki perempuan terhadap kursi
yang diduduki laki-laki. Skor rata-rata 2,33 atau kurang mewakili persamaan hak
yang rendah, skor rata- rata 2,67 atau lebih besar mewakili kesetaraan yang
tinggi (lihat catatan 1 pada akhir rangkuman untuk rincian lebih jauh mengenai
indeks hak-hak)
Sumber: Data
persamaan hak dari Humana (1992); Data parlemen dari WISTAT (1998); data
penduduk dari Bank Dunia (1999d)19
RANGKUMAN
Namun, reformasi
hukum jarang mencukupi. Di banyak negara
berkembang, kemampuan untuk melaksanakan reformasi hukum masih lemah karena
dipersulit oleh sistem hukum yang berganda dan tidak konsisten. Sebagai contoh,
hukum sipil di Uganda mengatur hak-hak yang sama dalam perceraian, tetapi hukum
adat lebih kuat pengaruhnya dalam pembagian harta di dalam pernikahan, dan
perempuan yang diceraikan tidak dapat mempertahankan akses atas tanah.
Dalam kasus-kasus kekerasan berdasarkan
gender, syarat-syarat pembuktian yang sulit serta rintangan prosedural lainnya (maupun perilaku
penegak hukum) menghambat terwujudnya keadilan di sejumlah negara. Dalam
konteks tersebut, upaya untuk memantapkan kemampuan penegakan hukum
institusi-institusi yuridis dan administratif negara menjadi unsur penting
untuk mencapai kesetaraan yang
lebih besar dalam hak-hak dasar. Di
hampir semua kasus, kepemimpinan politik adalah faktor yang menentukan.
Menetapkan Insentif
untuk Mengurangi Diskriminasi Gender. Struktur institusi-institusi ekonomi juga secara signifikan mempengaruhi kesetaraan
gender. Pasar memuat seperangkat
insentif yang cukup kuat mempengaruhi keputusan-keputusan untuk bekerja,
menabung, berinvestasi, dan konsumsi. Upah
laki-laki dan perempuan, laba dari aset-aset produktif, dan harga barang
dan jasa umumnya ditentukan oleh struktur pasar. Bukti-bukti dari Meksiko dan
Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam pasar
bebas memperlakukan perempuan lebih baik
dan adil dalam hal perekrutan dan jumlah upah daripada perusahaan-perusahaan
yang memiliki kekuasaan pasar yang signifikan yang beroperasi dalam pasar
terproteksi. Demikian pula, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan Cina,
perempuan menghadapi diskriminasi upah yang lebih besar dalam pekerjaan yang telah
diberikan secara administratif daripada dalam pekerjaan yang diperoleh melalui
jalur-jalur kompetitif.
Secara garis besar,
kebijakan dan investasi yang membuat pasar lebih berkembang dan membenahi
ketidaksetaraan gender dalam akses informasi-dikombinasi dengan pemberlakuan
sangsi terhadap mereka yang melakukan diskriminasi-semuanya turut memperkuat insentif bagi kesetaraan
gender di pasar tenaga kerja. Di Cina dan Vietnam, misalnya, pengembangan pasar
tenaga kerja pedesaan telah benar-benar meningkatkan permintaan akan tenaga
kerja perempuan pada perusahaan- perusahaan non-pertanian, membuka lapangan
pekerjaan baru dan kesempatan untuk memperoleh
penghasilan bagi perempuan. Merancang pelayanan service delivery untuk memfasilitasi kesetaraan
akses. Rancangan
pelayanan program seperti sistem persekolahan, pusat20
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
perawatan
kesehatan, organisasi keuangan, dan program penyuluhan pertanian-dapat
memfasilitasi atau menghambat kesetaraan akses
antara perempuan dan laki-laki. Lebih jauh lagi, upaya melibatkan
masyarakat dalam perancanganan pelayanan membantu mengakomodasi permintaan- permintaan
khusus dalam konteks lokal, yang seringkali berpengaruh positifterhadap perempuan dalam akses dan pemanfaatan.
Di Bangladesh,
Kenya, dan Pakistan jumlah pendaftaran siswa perempuan ke sekolah
lebih peka daripada jumlah pendaftaran siswa laki-laki dalam hal kualitas sekolah dan atribut pelayanan
lainnya-seperti: keberadaan guru-guru perempuan, sekolah dan fasilitas yang
melakukan segregasi gender, dan transportasi yang aman dari dan ke sekolah.
Kebijakan yang
tanggap atas pertimbangan-pertimbangan tersebut
dapat secara signifikan meningkatkan minat orangtua untuk menyekolahkan anak-anak
perempuannya.
Di beberapa wilayah Afrika Barat, “bankir berjalan” (dikenal
sebagai pengumpul susu di Ghana) membawa pelayanan finansial ke pasar lokal,
tempat kerja, dan ke rumah, sehingga menghilangkan kebutuhan perempuan untuk
melakukan perjalanan jauh untuk menabung atau meminjam. Di Bangladesh,
program kelompok simpan pinjam
menggunakan tekanan dari teman satu kelompok
sebagai pengganti agunan bank tradisional untuk menjamin pembayaran kembali.
Kedua rancangan
pelayanan tersebut telah meningkatkan akses perempuan atas sumber-sumber finansial.
2. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi untuk
Memantapkan Insentif demi Kesetaraan Sumber Daya dan Partisipasi Di sebagian
besar negara, perkembangan ekonomi
dikaitkan dengan perbaikan keadaan bagi perempuan dan anak-anak
perempuan, serta dengan peningkatan kesetaraan gender-dijalankan melalui
beberapa jalur:
• Rumahtangga
membuat keputusan mengenai pekerjaan,
konsumsi,dan investasi antara lain untuk
menanggapi tingkat harga dan indikator pasar lainnya. Perubahan pada
indikator tersebut cenderung mengakibatkan realokasi sumber daya. Bila perkembangan
ekonomi meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan umum, seperti klinik
kesehatan dan sekolah, biaya investasi rumahtangga tersebut untuk sumber daya
manusia jadi berkurang. Jika biaya investasi yang dikeluarkan lebih banyak menurun
bagi perempuan daripada laki-laki, atau
jika investasi pada perempuan lebih sensitif terhadap perubahan harga
daripada21
RANGKUMAN
Gambar 9.
Kesetaraan Gender dalam bidang Pendidikan Membaik Sejalan Peningkatan
Pendapatan
Pendaftaran sekolah
menengah, 1995 Rasio perempuan terhadap laki-laki GDP per kapita (skala log)
Catatan:
Tingkat pendaftaran kasar adalah total pendaftaran pada suatu
tingkat sekolah, tanpa memperhatikan
usia, yang
dinyatakan sebagai persentase terhadap
penduduk usia-sekolah yang resmi sesuai dengan tingkat tersebut
pada tahun sekolah
tertentu. Rasio pendaftaran perempuan terhadap laki-laki adalah rasio
pendaftaran kasar perempuan
dibagi dengan rasio
pendaftaran kasar laki-laki.
Sumber: Bank Dunia
(1999).
investasi pada
laki-laki, maka perempuan akan mendapat lebih
banyak manfaat dari
terjadinya peningkatan pelayanan umum.
• Ketika perkembangan ekonomi meningkatkan pendapatan
dan
mengurangi
kemiskinan, ketidaksetaraan gender cenderung
menurun.
Rumahtangga-rumahtangga berpenghasilan rendah
dipaksa untuk
menjatah pengeluaran untuk pendidikan, perawatan
kesehatan, dan gizi
di mana perempuan dan anak perempuan yang
“dikorbankan”
karena merekalah yang menanggung sebagian besar
beban . Oleh sebab itu, ketika pendapatan
rumahtangga bertambah,
ketidaksetaraan
gender dalam sumber daya manusia cenderung
menurun.
Sebagaimana hak-hak
dasar lainnya, pendapatan yang lebih tinggi
umumnya
menghasilkan kesetaraan gender dalam
sumber daya, baik
kesehatan maupun
pendidikan (gambar 9). Di bidang
pendidikan, hasil
simulasi
menunjukkan bahwa peningkatan terbesar yang ditimbulkan oleh
pertumbuhan
pendapatan kemungkinan akan terjadi di
wilayah-wilayah22
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
termiskin: Asia
Selatan dan Sub-Sahara Afrika, bahkan dampak
pendapatan
khususnya kuat pada tingkat sekunder.
Namun, analisis
simulasi juga
menunjukkan bahwa peningkatan yang sangat besar dalam
pendapatan-katakanlah
ke level rata-rata OECD-dibutuhkan untuk
mencapai atau
mendekati kesetaraan gender dalam pendaftaran ke sekolah
menengah di
wilayah-wilayah ini. Peningkatan seperti itu tidaklah realistis
dalam jangka pendek
maupun menengah. Peningkatan pendapatan
yang
sangat besar juga
merupakan syarat mutlak untuk mendorong tercapainya
kesetaraan gender
di dalam perwakilan di parlemen.
• Ketika
pembangunan ekonomi memperluas kesempatan kerja, terjadi
peningkatan dalam
tingkat pengembalian (rate of return) sumber daya
manusia yang diharapkan, dan memperkuat insentif
bagi rumahtangga
untuk melakukan
investasi dalam kesehatan dan pendidikan anak
perempuan. Selain
itu, memperkuat insentif bagi perempuan
untuk
berpartisipasi
dalam angkatan kerja. Dengan perubahan insentif
pekerjaan,
pembangunan ekonomi mempengaruhi kesetaraan gender.
• Pembangunan ekonomi mengakibatkan munculnya pasar tenaga
kerja
yang belum pernah
ada sebelumnya. Dengan demikian, hal tersebut
tidak hanya
menciptakan atau memperkuat indikator
pasar tentang
keuntungan yang
didapat dari tenaga kerja tetapi juga
mengurangi
inefisiensi dalam
ekonomi. Sebagai contoh, di mana
terdapat pasar
tenaga kerja yang
berjalan baik, tenaga kerja yang dikontrak dapat
menjadi
substitusi bagi tenaga kerja perempuan
keluarga, baik di bidang
pertanian atau
pengelolaan rumahtangga dan dalam aktivitas perawatan
Hal ini
memungkinkan rumahtangga untuk menggunakan waktu secara
efisien, dan mungkin mengurangi beban kerja
perempuan. Di tempat-
tempat di mana pasar tenaga kerja tidak ada atau tidak
berjalan dengan
baik, substitusi semacam itu tidaklah dimungkinkan.
• Pertumbuhan
ekonomi umumnya dibarengi oleh ekspansi
investasi
dalam infrastruktur
seperti: air bersih, jalan raya,
transportasi, dan
bahan bakar. Hal
ini cenderung mengurangi waktu yang
diperlukan
perempuan untuk
mengurus rumahtangga. Di Burkina Faso, Uganda,
dan Zambia,
misalnya, perempuan dapat menghemat ratusan jam
setahun jika waktu
perjalanan ke sumber-sumber bahan bakar dan air
minum dikurangi
menjadi 30 menit atau kurang (gambar 10).
Pembangunan
infrastuktur ekonomi secara signifikan mengurangi waktu
bagi perempuan
mengurusi rumahtangga, memperbaiki tingkat
kesehatan mereka,
memperluas partisipasi mereka dalam mencari
pendapatan tambahan,
dan membuka kesempatan bersekolah bagi anak-
anak perempuan.23
RANGKUMAN
Meskipun
pembangunan ekonomi cenderung meningkatkan kesetaraan
gender, dampaknya
tidaklah mencukupi dan tidaklah bisa langsung
kelihatan. Dan tidak pula berjalan otomatis. Dampak pembangunan
ekonomi terhadap
kesetaraan gender sebagian besar tergantung
pada
hak-hak, akses atas
berbagai sumber daya produktif (seperti tanah dan
kredit), dan
partisipasi politik. Lebih dari itu,
kebijakan-kebijakan sosial
yang memberantas
diskriminasi di pasar tenaga kerja atau mendukung
perawatan anak-anak
akan mengurangi ketidaksetaraan gender-sesuatu
yang tidak mungkin
dicapai oleh pembangunan ekonomi saja. Hal itu
ditunjukkan lewat
pengalaman sejumlah negara yang memiliki
pertumbuhan tinggi
di Asia Timur, dan negara-negara yang sedang
menyesuaikan
diri di Amerika Latin dan Sub-Sahara
Afrika. Kebijakan-
kebijakan
perlindungan sosial, yang mengakui
perbedaan gender dalam
pekerjaan
berbasis-pasar dan rumahtangga dan perbedaan dalam risiko
adalah penting
guna melindungi perempuan (dan
laki-laki) terhadap
goncangan ekonomi
atau krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Gambar 10.
Investasi dalam Prasarana Air Bersih dan Bahan Bakar Dapat Secara Signifikan
Mengurangi Waktu
yang Diperlukan dalam Pengambilan Air Bersih dan Bahan Bakar
Jam Rata-rata
penghematan waktu per rumah tangga per keluarga
Air minum pada
jarak 400 meter
Tempat kayu bakar
pada jarak 30 menit jalan kaki
Catatan: Kasama dan
Dedougou sudah berada dalam target 400-meter untuk mencapai air minum. Di
bagian-
bagian Sub-Sahara
Afrika perempuan menggunakan dua pertiga atau lebih waktu keluarga untuk
mengambil air
dan bahan bakar,
sedangkan anak-anak, umumnya anak perempuan, menggunakan tambahan 5-28 persen.
Sumber: Barwell
1999.24
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
Belakangan
ini, perdebatan mengenai gender dan
pembangunan
terbagi atas dua
kubu. Kubu pertama adalah mereka yang mengedepankan
pendekatan-pendekatan
pembangunan berorientasi pertumbuhan. Kubu
kedua, adalah
mereka yang mengedepankan
pendekatan-pendekatan
berdasarkan hak
atau institusi. Namun, banyak bukti menunjukkan bahwa
baik pertumbuhan
ekonomi maupun perubahan institusional keduanya
merupakan elemen
penting bagi strategi jangka panjang meningkatkan
kesetaraan gender.
Sebagai contoh, jika pendapatan per kapita dan
kesetaraan hak
antara laki-laki dan perempuan rendah, baik
peningkatan
kesetaraan hak maupun pendapatan akan meningkatkan kesetaraan
gender di bidang
pendidikan. Peningkatan hak dan
pendapatan akan
menghasilkan keuntungan
yang bahkan lebih besar (gambar 11).
Reformasi
institusional yang memantapkan hak-hak
serta kebijakan-
kebijakan dasar
yang mendorong pembangunan ekonomi dapat
saling
Gambar 11.
Ketidaksetaraan Gender dalam Hak-Hak dan Pertumbuhan Pendapatan Meningkatkan
Kesetaraan Gender
pada Banyak Dimensi—Dari Pendidikan hingga Perwakilan Politik
Rasio perempuan
terhadap laki-laki
Pendaftaran sekolah
menengah Perwakilan di parlemen
Catatan:
Angka-angka didasarkan atas simulasi yang diambil dari hasil regresi ganda, dengan mengendalikan
pendapatan
dan hak. Angka
rata-rata 2,33 atau kurang mewakili kesetaraan
hak yang rendah, angka rata-rata 2,67 atau lebih tinggi
mewakili kesetaraan
yang tinggi (lihat catatan 1 di akhir rangkuman untuk rincian lebih jauh mengenai
indeks hak-
hak). Negera-negara
berpenghasilan rendah dan tinggi dikelompokkan menurut nilai rata-rata GDP per kapita. Semua
nilai merupakan
rata-rata yang didasarkan pada populasi
untuk tiap kategori.
Sumber: Data
mengenai hak-hak dari Humana (1992); Data parlemen dari WISTAT (1998); data
lainnya dari Bank Dunia (1999).
Kesetaraan
hak tinggi
Kesetaraaan
hak rendah
Pendapatan
rendah
Pendapatan
tinggi
Kesetaraan
hak tinggi
Kesetaraan
hak rendah
Pendapatan
rendah
Pendapatan
tinggi25
RANGKUMAN
memperkuat satu
sama lain. Di Sub-Sahara Afrika, penetapan hak-hak
atas tanah bagi
perempuan meningkatkan produktivitas bidang-bidang
tanah yang dikelola
perempuan-meningkatkan pendapatan
perempuan
yang bersangkutan
maupun pendapatan keluarganya. Begitu pula,
akses
yang terbuka lebar
bagi perempuan pada institusi-institusi
perbankan
juga meningkatkan
status dan stabilitas ekonomi mereka serta
turut
memperbaiki
kesejahteraan rumahtangga. Di Bangladesh,
seiring
meningkatnya
kemampuan perempuan untuk meminjam modal dalam pro-
gram-program
mikro-kredit, maka meningkat pula status
dan posisi tawar
mereka dalam
keluarga, demikian pula halnya dengan konsumsi
rumahtangga
(pendapatan).
3. Mengambil
Langkah Kebijakan Pro Aktif untuk Mengatasi
Ketidaksetaraan Gender
dalam Penguasaan Sumber Daya dan
Partisipasi Politik
Karena efek
dari kombinasi antara reformasi institusional dan
pembangunan ekonomi
biasanya lama baru kelihatan hasilnya, langkah-
langkah aktif seringkali diperlukan untuk jangka pendek atau menengah.
Langkah-langkah
aktif yang dimaksud adalah tindakan bertahap dan konkret
yang ditujukan
untuk mengatasi diskriminasi gender,
baik dalam rumahtangga,
masyarakat, maupun
tempat kerja. Hal semacam itu mempercepat kemajuan
dalam upaya
mengatasi ketidaksetaraan gender yang masih terus bertahan.
Selain itu, juga
berguna dalam memfokuskan diri pada
sub-populasi tertentu,
misalnya kaum miskin, yang masih mengalami
ketidaksetaraan gender.
Karena sifat dan
ruang lingkup ketidaksetaraan gender sangat
bervariasi di berbagai negara, intervensi yang dianggap
memadai juga
akan bervariasi
dari satu konteks ke konteks lain.
Keputusan mengenai
apakah negara perlu
melakukan intervensi dan langkah-langkah apa yang
hendaknya diambil
harus berdasarkan pemahaman dan
analisa situasi
lokal. Berhubung
langkah-langkah aktif membutuhkan sumber biaya, para
pembuat kebijakan
perlu selektif dalam menentukan langkah
apa saja
yang akan
dijalankan. Misalnya, secara strategis memfokuskan diri pada
bidang-bidang di
mana intervensi pemerintah memberi
manfaat sosial
terbesar. Hal ini
secara implisit berarti memfokuskan diri pada wilayah
dimana kegagalan pasar dan dampak-dampak yang
berlebihan
kemungkinan
berlangsung paling parah. Hal ini juga berarti memfokuskan
diri pada bidang-bidang di mana sektor swasta
tidak mungkin melakukan
suatu upaya secara
mandiri-atau mampu melakukan upaya dengan baik.26
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
Di luar
persoalan perlu tidaknya intervensi
khusus, pilihan tetap harus
dibuat mengenai
bagaimana persisnya negara harus melakukan intervensi.
Contohnya, apakah
penyediaan barang dan pelayanan publik secara
langsung
diperlukan? Atau bisakah tujuan-tujuan serupa direalisasikan
secara efektif melalui lebih banyaknya penyediaan
informasi, upaya-
upaya manajerial
dan pelaksanaan, atau melalui subsidi publik bagi para
penyedia swasta?
Laporan ini
memfokuskan diri pada empat bidang utama kebijakan :
Meningkatkan
kesetaraan gender dalam akses ke berbagai sumber
daya produktif dan
kapasitas pendapatan. Upaya-upaya untuk
memperbesar kesetaraan dalam mengakses dan mengendalikan
berbagai
sumber daya
produktif-apakah itu pendidikan, sumber-sumber finansial,
ataupun tanah-dan
untuk menjamin akses yang setara dan adil atas
kesempatan kerja
dapat memajukan kesetaraan gender maupun
meningkatkan
efisiensi ekonomi. Para pembuat kebijakan memiliki
sejumlah “pintu”
masuk potensial untuk melakukan
intervensi :
• Mengurangi biaya
pendidikan, menanggapi keprihatinan orangtua
terhadap kelayakan
dan keamanan anak perempuan, dan
meningkatnya
penghasilan rumahtangga dari penanaman
investasi
pada pendidikan perempuan melalui kemajuan
kualitas pendidikan,
semuanya itu dapat
mengatasi hambatan sosial dan
ekonomi di
bidang pendidikan anak perempuan. Bahkan, pada masyarakat
yang
masih sangat
patriarkis sekalipun. . .
• Merancang
institusi keuangan dengan berbagai cara
yang
mempertimbangkan
kendala-kendala khas gender-baik dengan
menggunakan tekanan
anggota kelompok untuk menggantikan
bentuk-bentuk
agunan tradisional, dengan menyederhanakan
prosedur perbankan,
ataupun dengan menyediakan jasa pelayanan
keuangan yang lebih
dekat ke rumah, pasar, dan tempat kerja-dapat
meningkatkan akses
perempuan pada proses perbankan seperti
tabungan dan
kredit.
• Reformasi tanah
yang mengatur hak milik bersama bagi suami dan
istri atau yang
memungkinkan perempuan untuk memegang secara
otonom hak milik
atas tanah, dapat meningkatkan kontrol perempuan
atas tanah yang
diatur oleh undang-undang. Di mana hukum adat
dan hukum
positif berjalan seiring, interaksi
antar keduanya perlu
diperhatikan jika
ingin berhasil dalam upaya untuk memantapkan
akses perempuan
atas bidang pertanahan.
• Di
negara-negara yang pasar tenaga
kerjanya dan kemampuan
penegakan hukumnya
relatif berkembang, program-program27
RANGKUMAN
penyediaan lapangan
kerja dapat meningkatkan akses perempuan
ke pekerjaan di
sektor formal. Di mana terdapat diskriminasi yang
serius dalam
perekrutan dan promosi, tindakan
afirmatif (afirmative
action) juga dapat
meningkatkan produktifitas dalam perusahaan-
perusahaan dan
dalam perekonomian.
Mengurangi kerugian
yang diderita perempuan karena peran
rumahtangga mereka.
Di hampir semua masyarakat, norma-norma gen-
der menyatakan
bahwa perempuan dan anak-anak perempuan memikul
tanggung jawab
utama mengurus masalah rumahtangga. Di
negara-negara
berkembang,
tanggung jawab rumahtangga seringkali menuntut jam kerja
panjang yang
membatasi kesanggupan anak-anak perempuan untuk
melanjutkan
pendidikan mereka. Di samping itu juga menghambat
kesempatan para ibu
untuk berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja.
Beberapa jenis
intervensi dapat mengurangi kerugian yang diderita
perempuan
karena tanggung jawab rumahtangga mereka.
• Intervensi yang
meningkatkan pendidikan, upah, dan partisipasi pasar
tenaga
kerja-ditambah dengan akses yang
memadai ke pelayanan
kesehatan
reproduksi dan rumahtangga berencana-semuanya
memantapkan peran
perempuan dalam membuat keputusan tentang
masalah reproduksi.
Namun, karena perempuan dan laki-laki mungkin
memiliki pilihan
yang berbeda tentang ukuran besarnya rumahtangga
dan penggunaan
kontrasepsi, program keluarga berencana
perlu
menggapai baik laki-laki maupun perempuan sebagai
sasarannya.
• Memberi dukungan
publik bagi pelayanan perawatan anak di
luar
rumah dapat
mengurangi biaya perawatan, sehingga memperluas
partisipasi dalam
bidang ekonomi bagi perempuan dan pendidikan
bagi remaja
perempuan. Di Kenya pengurangan biaya perawatan anak
secara signifikan
meningkatkan upah kerja bagi para ibu dan
meningkatkan pendidikan bagi remaja perempuan. (gambar 12).
•
Undang-undang pasar tenaga kerja yang
sifatnya melindungi seringkali
menjadi pedang
bermata dua: merugikan sekaligus memberi
manfaat
bagi perempuan yang
bekerja di sektor formal. Misalnya, sewaktu
perusahaan dituntut
menanggung seluruh biaya persalinan, perusahaan
mungkin
mengeluarkan keputusan perekrutan yang diskriminatif
terhadap perempuan.
Ketika seluruh biaya ditanggung perempuan,
maka insentif bagi
perempuan untuk terus bekerja menurun.
Langkah-
langkah yang
membantu membagi beban biaya persalinan dan biaya
perawatan lainnya
pada pemilik modal, pekerja, dan bahkan negara
sangat bermanfaat
bagi perempuan serta keluarganya.
• Penanaman
investasi pada penyediaan air, bahan bakar, transportasi,28
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
dan prasarana
penghemat-waktu lainnya dapat mempercepat
pengurangan beban
kerja domestik perempuan dan anak perempuan,
khususnya di
daerah-daerah pedesaan yang miskin-membebaskan
anak perempuan
untuk bersekolah dan perempuan dewasa
untuk
melakukan aktifitas
lainnya, baik yang berkaitan dengan
pemerolehan
pendapatan maupun urusan kemasyarakatan. .
Menyediakan
perlindungan sosial yang layak gender.
Perempuan
dan laki-laki
menghadapi risiko-risiko khas gender semasa krisis ekonomi
atau reformasi
kebijakan. Perempuan mengendalikan lebih sedikit sumber
daya yang dapat
dijadikan pegangan. Sementara laki-laki, sebagai pencari
nafkah tradisional,
rawan terhadap stres berkaitan dengan ketidakpastian
pekerjaan.
Memperhitungkan perbedaan-perbedaan
gender dalam hal
risiko dan
kerawanan adalah sangat penting dalam merancang program
perlindungan
sosial karena perempuan dan laki-laki
dalam rumahtangga
yang sama tidak
berbagi risiko yang sama.
• Untuk melindungi
baik laki-laki maupun perempuan, program-pro-
Gambar 12.
Perawatan Anak Berbiaya-Rendah Berarti
Lebih Banyak Perempuan di Dalam
Pasar Tenaga Kerja,
Lebih Banyak Anak Perempuan Bersekolah
Peningkatan
partisipasi tenaga kerja kaum ibu dan
pendaftaran sekolah anak-anak (usia 8-
16 th) di Kenya
akibat turunnya biaya perawatan anak di
luar rumah sebesar 10 persen
Persen
Partisipasi kaum
Pendaftaran Pendaftaran
ibu sebagai anak
perempuan anak laki-laki
tenaga kerja
ke sekolah ke sekolah
Sumber: Lokshin,
Glinskaya, dan Garcia 2000.29
RANGKUMAN
gram perlindungan
sosial perlu memperhitungkan faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan
bias gender dalam partisipasi dan
keuntungan
yang didapat.
Misalnya, program jaring pengaman sosial
telah
seringkali
(kendatipun tidak sengaja) mengesampingkan
perempuan
karena tidak
memperhitungkan perbedaan-perbedaan gender dalam
pola penyediaan
tenaga kerja, akses informasi, atau jenis pekerjaan
yang dipandang pantas baik oleh laki-laki maupun
perempuan.
• Program-program
jaminan hari tua yang tidak memperhitungkan
perbedaan-perbedaan
gender dalam lapangan pekerjaan, pencarian
nafkah, dan harapan
hidup berisiko membiarkan perempuan-terutama
janda-menjadi rawan
kemiskinan di usia tuanya. Penelitian baru-baru
ini di Cili
menunjukkan bahwa santunan pensiun perempuan
relatif
terhadap laki-laki, sangatlah sensitif terhadap
ciri-ciri rancangan
tertentu dari
sistem jaminan hari tua. (gambar 13).
Gambar 13.
Rancangan Pensiun Mempengaruhi Santunan Relatif bagi Perempuan dan Laki-Laki
Lanjut Usia
Santunan penghasilan
pensiun bagi pekerja perempuan dan laki-laki yang tidak tamat pendidikan
dasar di Cili (rasio perempuan terhadap laki-laki
dalam kurung)
Laki-laki, penerima
pensiun
Perempuan, penerima
pensiun
plus pensiun janda
Perempuan, penerima pensiun
atau pensiun janda
Perempuan, penerima
pensiun
(usia pensiun 65
tahun)
Perempuan, penerima
pensiun
disesuaikan oleh
MPG
Perempuan, penerima
pensiuni
(usia pensiun 60
tahun)
Ribuan peso
Catatan: Perkiraan-perkiraan ini berasumsi bahwa
laki-laki pensiun pada usia 65 tahun dan perempuan pada usia 60 tahun
(usia pensiun
menurut undang-undang bagi laki-laki dan perempuan) kecuali dinyatakan lain.
MPG berarti jaminan pensiun
minimum yang
didukung pemerintah. Angka-angka dihitung sebagai anuitas bulanan bagi kontributor
perkotaan, dengan
asumsi tingkat
pengembalian 5 persen dan 2 persen
pertumbuhan upah sekuler. Laki-laki diasumsikan terus hidup sampai
15 tahun setelah
pensiun (pada usia 65) dan membuat pengaturan bagi pensiun istrinya selama 6
tahun sebesar 60 persen dari
anuitas mereka
sendiri. Bila perempuan pensiun pada usia 60, mereka diasumsikan terus hidup
selama 23 tahun, dan bila
mereka pensiun pada
usia 65 tahun, mereka diasumsikan terus hidup selama 19 tahun.
Sumber: Diadaptasi
dari Cox-Edwards 2000.30
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
Memantapkan
aspirasi dan partisipasi politik
perempuan. Perubahan-
perubahan
institusional yang menetapkan kesetaraan gender dalam hak-
hak dasar merupakan
landasan utama partisipasi politik. Demikian pula,
kebijakan-kebijakan
dan program-program yang meningkatkan kesetaraan
dalam pendidikan
dan akses ke informasi (termasuk sadar hukum) dapat
memperkuat
partisipasi mereka dalam arena politik. Namun, seperti halnya
dampak pembangunan
ekonomi yang lebih luas, langkah-langkah ini
membutuhkan waktu
lama sebelum dapat dipetik hasil yang
nyata.
Pengalaman
baru-baru ini di lebih 30 negara, termasuk Argentina,
Ekuador, India,
Filipina, dan Uganda, menunjukkan bahwa
kuota politik
bisa efektif dalam
meningkatkan partisipasi dan perwakilan politik pada
majelis lokal dan
nasional dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Perundang-undangan
yang mengatur kuota berbeda dari satu
negara ke
negara lain, tetapi
umumnya menetapkan bahwa ada jumlah atau proporsi
minimum dari
kandidat partai politik atau kursi yang diperebutkan dalam
dewan perwakilan
lokal atau nasional yang diperuntukkan bagi
perempuan.
Tantangan bagi Masa
Depan-Langkah ke Depan
BERBAGAI BUKTI
DALAM LAPORAN INI MEMBANGUN
kasus yang memaksa
negara untuk melakukan intervensi
guna meningkatkan
kesetaraan gender. Memang, negara,
kelompok masyarakat
sipil, dan komunitas internasional, semuanya
memainkan peran
penting dalam memerangi diskriminasi gender, sehingga
masyarakat dapat
memperoleh banyak manfaat. Tetapi tetap terdapat
beberapa tantangan
penting.
Mempertajam
Kebijakan Melalui Analisa Gender
Cara untuk
memperdalam pemahaman relasi antara kesetaraan gender
dengan
pembangunan, dan cara untuk
merefleksikan relasi ini dalam
berbagai kebijakan
merupakan tantangan utama pada masa kini maupun
masa depan. Laporan
ini mengumpulkan banyak sekali bukti tentang relasi
ini, meski masih
banyak yang harus diteliti dan dipahami,
yang berarti
pula masih
diperlukan pengumpulan data yang lebih
banyak dan lebih
baik serta analisis
yang kesemuanya didisagregrasi berdasarkan gender.
Dua bidang yang
akan dianalisa lebih lanjut:31
RANGKUMAN
• Apa saja dampak
berbagai kebijakan makro dan sektoral terhadap
gender? Dan
bagaimana pilihan dalam pengeluaran
untuk
pelayanan publik
meningkatkan atau menghambat kesetaraan gen-
der dan efisiensi
ekonomi? Para pembuat kebijakan menghadapi
berbagai permintaan
yang saling bersaing akan sumber daya dan
perhatian publik,
dengan anggaran fiskal dan administratif yang
ketat. Dengan
kendala yang ada, informasi dan analisa dapat
membantu pemerintah
mencapai keuntungan sosial secara
maksimal dari
berbagai intervensi yang mereka jalankan berkaitan
dengan gender. Lagi
pula, karena sifat kesenjangan gender
berlainan dalam
masyarakat, kebijakan yang efektif perlu
didasarkan
pada suatu analisa yang
mengintegrasikan berbagai
persoalan gender
baik lokal maupun nasional.
• Di masa-masa
mendatang penting untuk dipikirkan bagaimana
berbagai kebijakan
dan program mempengaruhi berbagai indikator
umum pembangunan
(seperti pendidikan, kesehatan, atau indikator-
indikator tenaga
kerja). Juga bagaimana intervensi
pemerintah
meningkatkan
otonomi, kepemimpinan dan aspirasi perempuan, baik
dalam rumah tangga
maupun masyarakat untuk memahami
intervensi-intervensi
yang paling efektif dibutuhkan lebih banyak
analisa gender.
Menangani Berbagai
Masalah yang Muncul
Tantangan lain yang
dihadapi adalah para pembuat kebijakan
hendaknya
memikirkan jauh ke depan menghadapi berbagai
keadaan
yang cepat berubah.
Dilihat dari perspektif gender, sebenarnya banyak
masalah yang
bermunculan yang membutuhkan
perhatian lebih besar
dari para pembuat kebijakan dan para peneliti diantaranya
globalisasi,
desentralisasi
dalam pemerintah, penyebaran HIV/AIDS, dan proses
penuaan penduduk
dunia. Misalnya:
• Dengan menurunnya
angka kelahiran dan semakin tingginya harapan
hidup manusia,
penduduk dunia pun menua. Hal ini,
antara lain,
akan mengakibatkan
semakin meningkatnya jumlah para janda di
seluruh dunia
selama abad ke-21. Apakah implikasi pergeseran
demografik ini
terhadap perlindungan sosial, kesehatan dan bidang-
bidang kebijakan
publik lainnya? Memahami berbagai implikasi
kebijakan yang
ditimbulkan oleh gejala demografik ini akan menjadi
salah satu
tantangan penting bagi penelitian di masa mendatang.32
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER
• Demikian pula,
globalisasi dan berbagai revolusi informasi baru
sedang mengubah
bagaimana produksi tertata dan informasi
terdistribusi
di seluruh dunia. Akankah
perubahan-perubahan ini
mempercepat jalan
menuju kesetaraan gender atau
memperlebar
kesenjangan gender
dalam kesempatan ekonomi? Pemahaman yang
lebih baik tentang
berbagai kesempatan dan risiko yang
berhubungan dengan
kekuatan-kekuatan ini merupakan tantangan
lain bagi para
peneliti dan pembuat kebijakan.
Memperluas
Kemitraan
Tantangan ketiga
yang menentukan adalah bagaimana para pembuat
kebijakan, dalam
upaya mereka untuk meningkatkan kesetaraan gender,
memperluas
kemitraan mereka dengan berbagai kelompok masyarakat sipil,
para donor, dan
lain sebagainya dalam komunitas internasional. Meskipun
para pembuat
kebijakan memainkan peran penting,
upaya-upaya
mengatasi
kesenjangan gender dapat ditingkatkan melalui kerja sama aktif
antar berbagai
organisasi sipil dan internasional. Komunitas donor dapat
menyumbang dengan
mendukung pengumpulan dan analisis data yang
dipilah berdasarkan
gender, dengan memasukkan analisa gender
dalam
diskusi mereka dengan para pembuat kebijakan
nasional. Demikian pula,
kelompok-kelompok
sipil dan para peneliti setempat dapat
menyumbangkan
informasi penting serta analisa berdasarkan
pengetahuan lokal
yang akan menjadi masukan penting bagi kebijakan
pemerintah.
Mendorong
partisipasi yang lebih besar serta transparansi dalam
pembuatan kebijakan
dapat berpengaruh sangat positif baik
bagi
kesetaraan gender
maupun pembangunan nasional secara keseluruhan.
Membuka wacana publik dan membuat kebijakan untuk
mendorong
partisipasi yang
lebih besar dari kelompok perempuan
dapat
memberdayakan
perempuan, dan meningkatkan hasil berbagai
kebijakan
maupun program.
Temuan-temuan hasil penelitian tentang relasi antara
partisipasi publik
perempuan yang luas serta tingkat-tingkat korupsi yang
lebih rendah
sungguh penting untuk diperhatikan. Hal-hal tersebut
menunjukkan bahwa
dengan pertukaran gagasan yang lebih leluasa,
transparansi yang
lebih jelas dalam pembuatan kebijakan, dan partisipasi
perempuan yang
semakin luas dalam ruang publik maka kebijakan
pembangunan dapat semakin efektif.33
RANGKUMAN
Catatan
1. Indikator
tentang hak-hak pada gambar 1, 8 dan 11 adalah hasil
rata-rata dari tiga
indeks kesetaraan gender dalam hak-hak yang
dikumpulkan untuk
lebih dari 100 negara oleh Humana (1992). Indeks hak
perorangan
memfokuskan diri pada kesetaraan gender mengenai hak
politik dan hukum,
hak dalam sosial dan ekonomi, serta hak
legal dalam
hukum perkawinan
dan perceraian. Indeks-indeks ini dikonstruksi dengan
menggunakan
metodologi yang konsisten di semua negara di mana
lingkup hak-hak
diuji (dengan skala dari 1 sampai 4)
terhadap hak seperti
yang dirinci dalam beberapa instrumen HAM dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
Lihat lampiran
laporan lengkap buku ini untuk keterangan tentang
negara-negara yang
termasuk pada gambar 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9 dan 11. Lihat
lampiran 2 dalam laporan utama untuk hasil-hasil regresi
yang menjadi
dasar bagi
gambar 3, 8, 9, 11.35
RANGKUMAN
Daftar Isi Laporan
Pendahuluan
Pengantar
Tim Pelapor
Rangkuman
Kesetaraan
Gender-dalam Hak-Hak, Sumber Daya, dan Kebebasan
Berpendapat
Meski Ada Kemajuan,
Ketidaksetaraan Gender Tetap Terjadi di
Semua
Negara
Ketidaksetaraan
Gender Paling Banyak Terjadi di antara
Kaum Miskin
Ketidaksetaraan
Gender Menurunkan Kesejahteraan dan Menghambat
Pembangunan
Mengapa
Ketidaksetaraan Gender Masih Tetap Terjadi?
Tiga Strategi untuk
Meningkatkan Kesetaraan Gender
Tantangan bagi Masa
Depan-Langkah ke Depan
1. Ketidaksetaraan
Gender di awal Abad 21
Definisi Kesetaraan
Gender
Pola Regional
Ketidaksetaraan Gender dalam Hak, Sumber Daya dan
Aspirasi
Pola
Ketidaksetaraan Gender di Berbagai Wilayah dan Negara
Gender dan
Kemiskinan
2. Ketidaksetaraan
Gender Menghambat Pembangunan
Akibatnya terhadap Kesejahteraan
Akibatnya terhadap
Produktivitas dan Pertumbuhan
Akibatnya terhadap Pemerintahan
Mengapa
Ketidaksetaraan Gender Masih terjadi: Suatu
Kerangkakerja
Peran Pemerintah
dalam Mempromosikan Kesetaraan Gender
3. Norma-norma
Sosial, Hukum dan Institusi Ekonomi
Gender dalam Norma
dan Adat Istiadat
Hak-hak dan Hukum
Institusi Ekonomi
Perubahan
Institusional: Bagaimana caranya?36
PEMBANGUNAN
BERPERSPEKTIF GENDER D A F T A R I S I
4. Kekuasaan,
Insentif dan Sumber Daya dalam Rumahtangga
Apakah Rumahtangga itu?
Rumahtangga
Menghasilkan Peran Gender
Penguasaan atas
Sumber Daya dan Kuatnya Posisi Tawar
Mempengaruhi Alokasi Rumahtangga
Insentif Kebijakan
dan Investasi Publik Mempengaruhi Hasil Gender
5. Apakah
Pembangunan Ekonomi Positif bagi Kesetaraan Gender?
Membongkar
Pembagian Kerja yang Kaku Berdasarkan Gender
Memperkuat Insentif
untuk Investasi yang Setara dalam Sumber Daya
Manusia
Mengurangi
Diskriminasi Melalui Pasar yang
Kompetitif
Pertumbuhan dengan
Kesetaraan Gender: Apa yang Ditemukan dalam
Kajian Makro
Apakah Pola Pembangunan
Mengarah pada Kesetaraan Gender?
Pandangan Regional
6. Menerapkan Tiga
Strategi untuk Mempromosikan Kesetaraan
Gender
Reformasi
Institusi untuk Membangun Hak dan
Kesempatan yang
Setara antara
Perempuan dan Laki-laki
Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi untuk Memperkuat Insentif bagi
Sumber Daya yang lebih Setara
Merngambil Langkah-langkah Aktif untuk mengatasi
Ketidaksetaraan
yang masih Terjadi dalam Kontrol
atas Sumber
Daya dan Aspirasi
Politik
Tantangan bagi Masa
Depan – Langkah ke Depan
Lampiran
Lampiran 1 :
Catatan dan Cakupan Negara untuk Pembuatan Gambar
Lampiran 2 : Model Regresi Dasar Lintas-Negara dan
Estimasi
Koefisien
Lampiran 3 : Pendapatan Relatif Perempuan dan Laki-laki yang
Disesuaikan untuk
Perbedaan dalam Sumber Daya
Manusia
Lampiran 4 : Uji
Empiris dari Model Rumahtangga
yang “Terpadu”
Lampiran 5 :
Simulasi Pendidikan
Daftar Pustaka
Silahkan mengisi
formulir pemesanan di halaman berikut ini jika tertarik
untuk memesan versi
lengkap Bahasa Inggris dari buku Engendering
Development :
Through Gender Equality in Rights, Resources and
Voices. Dalam waktu
dekat, versi lengkap buku ini juga akan
diterbitkan
dalam edisi Bahasa
Indonesia.37
RANGKUMAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar